Laman

Jumat, 29 April 2011

Asal Mula Nama Indonesia


Pada zaman purba, kepulauan Indonesia disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut wilayah yang kemudian menjadi Indonesia Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.


1.Nusantara

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk Indonesia yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan Indonesia.

2. Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:
"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians".
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:
"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".
Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang Indonesia).

3. Politik

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:
"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda menolak mosi ini.
Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Republik Indonesia.

Nama Indonesia dalam berbagai bahasa

  • Indonesia (Bahasa Finlandia, Indonesia, Italia, Melayu, Romans, Spanyol)
  • Indónesía (Islandia)
  • Indonésia (Portugis)
  • Indonesja (Malta)
  • Indonésie (Ceko, Perancis)
  • Indonesië (Afrikaans, Belanda)
  • Indonesien (Jerman, Swedia)
  • Indonezia (Rumania)
  • Indonézia (Hongaria)
  • Indonezja (Polandia)
  • Indonezija (Kroasia, Lithuania, Slovenia)
  • Indonēzija (Latvia)
  • Indonezio (Esperanto)
  • Endonezya (Turki)
  • Indoneesia (Estonia)
  • Indoneesiä (Võro)
  • Indoneziya - Индонезия (Bulgaria, Rusia)
  • Indoneshia - インドネシア (Jepang)
  • Indonisía - Ινδονησία (Yunani)
  • Indonashia - انڈونیشیا - (Urdu)
  • Yìndùnìxīyà - 印度尼西亞 / 印尼 - baca: Intunisiya (Tionghoa)
  • Endonasia ( Phattinjo )


Referensi :

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Kamis, 07 April 2011

Asal Mula Manusia


Nabi Adam AS
Nabi Adam AS merupakan manusia pertama yang diciptakan ALLAH SWT.
Dia tidak diciptakan langsung begitu saja, tetapi mengalami beberapa proses dan dikerjakan oleh malaikat atas perintah ALLAH SWT.
Dikisahkan dalam beberapa hadits, ketika ALLAH SWT mengutus malaikat Jibril kebumi untuk mengambil segenggam tanah, bumi berkata;
Aku berlindung kepada ALLAH SWT yang telah mengutusmu untuk mengambil dariku sesuatu yang didalamnya akan ada bagiannya api.”
Kemudian Jibril kembali kepada Tuhannya tanpa membawa apa-apa. Kemudian ALLAH SWT mengutus Malaikat Maut untuk pergi ke bumi dan bumipun berkata;
“Aku berlindung kepada ALLAH agar malaikat maut jangan sampai mengambil sesuatu darinya.”
Lalu malaikat maut berkata ;
”Dan aku juga berlindung kepada Allah jangan sampai aku durhaka kepada-Nya.”
Akhirnya malaikat maut mengambil tanah dari empat penjuru bumi. Tanahnya terdiri dari tanah yang berkualitas unggul, tanah yang asin, tanah lumpur, tanah yang halus, tanah liat yang merah dan dari tanah yang areanya tidak rata. Dengan sebab itu maka keturunan Adam AS berbeda-beda sosok dan corak warna kulitnya.
Setelah mengambil  tanah, malaikat maut kembali kelangit, lalu Allah SWT memerintahkan malaikat maut untuk melembabkan tanah tersebut dan membiarkannya agar mengalami peragian.
Malaikat maut kemudian mengadonnya dengan air yang pahit, air yang manis dan air yang asin hingga tanah itu menjadi lembab dan menjadi seperti lumpur kembali. Kemudian dibiarkan mengalami proses peragian.
Kemudian Allah SWT menyuruh Jibril untuk membawakan Malaikat Maut segenggam unsur putih yang ada dijantung bumi yang mana unsur putih ini menyilaukan mata.Unsur putih inilah yang akan menjadi Nabi-Nabi.
Dengan disertai para malaikat, maka Jibril turun kebumi dan mengambil segenggam tanah dilokasi yang sekarang menjadi makam Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu tanahnya putih murni.Tanah putih ini diadoni dengan air mulia  dan dirawat seperti mutiara yang berwarna putih. Kemudian dicelupkan kedalam semua sungai yang ada disyurga.
Adonan ini mengeluarkan 124.000 tetesan. Dan Allah SWT menjadikan tetesan tersebut  menjadi 124.000 Nabi. Dan cahaya para nabi tersebut berasal dari cahaya Muhammad. Setelah itu oleh para malaikat dibawanya keliling langit dan bumi sehingga para malaikat  jadi tahu bahwa ini adalah Muhammad. Bahkan sebelum mereka mengenal Adam.
Setelah itu dibentuk dengan cetakan Adam, kemudian dibiarkan selama 40 tahun lagi hingga menjadi seperti lempung yang dibakar. Lempung yang kering akan mengeluarkan bunyi bila dipukul dengan tangan.
Abdullah bin Salam bertanya kepada Rasulullah SAW tentang bagaimana penciptaan Adam.Rasulullah berkata;
“Kepala dan dahi diciptakan dari tanah Ka’bah, dada dan punggungnya dari tanah Yerussalem, pahanya dari tanah Yaman, kakinya dari tanah Mesir dan Hijaj(sekarang Arab Saudi), tangan kanannya dari timur bumi dan tangan kirinya dari barat bumi (Timur dan Barat Ka’bah).
Kemudian Allah SWT menempatkannya digerbang surga. Kapanpun sekelompok malaikat lewat,mereka terkagum dan terpesona melihat keindahan bentuk dan postur tubuhnya. Para malaikat belum pernah melihat sesuatu yang seperti itu  atau sesuatu yang mendekati keindahannya.
Ketika Iblis melewatinya, iblis bertanya;
Apa tujuan kamu diciptakan?”
Kemudian Iblis memukulnya, dan Iblis menyaksikan bahwa  ada bagian yang berlubang pada tubuh tersebut. Lalu Iblis lewat ke dalam tubuh tersebut lewat mulutnya, kemudian keluar dari bagian yang lain.
Lalu Iblis berkata pada para Malaikat;
“Ini adalah salah satu makhluk berlubang yang tak dapat berdiri dan juga tak dapat mempertahankan keutuhannya.”
Iblis bertanya kepada para malaikat;
“Misal saja sesuatu ini lebih dimuliakan ketimbang  kalian, maka apa yang akan kalian lakukan?”
Para malaikat berkata;
Kami akan mentaati perintah Tuhan kami.”
Iblis berkata pada dirinya sendiri;
“Demi Allah SWT ! Jika sesuatu ini lebih dimuliakan daripada aku, maka aku akan menggugatnya dan menentangnya. Namun kalau aku lebih dimuliakan daripada sesuatu itu, maka aku akan binasakan sesuatu itu.”
Demikian hadits tersebut menjelaskan. Menurut seorang ulama bernama Ibnu Ishaq, setelah Allah SWT menciptakan raga Adam, Allah meniupkan ruh kedalamnya. Menurut para ulama, ketika hendak meniupkan ruh kedalam Adam, Allah menyuruh ruh itu masuk melalui mulutnya, kemudian ruh itu mengatakan;
“Ini merupakan sebuah pintu masuk yang dalam lagi gelap.”
Allah SWT kembali menyuruhnya dan jawaban ruh tetap seperti itu. Kejadian yang sama berlangsung 3 kali. Pada yang keempat kalinya, Allah SWT berfirman;
“Masuklah kedalamnya meskipun kamu tidak suka dan keluarlah darinya seperti itu juga.”
Setelah itu ruh masuk kembali melalui mulut. Sekali ruh ditiupkan kedalam Adam, maka yang pertama-tama dilaluinya adalah otaknya dan menetap dalam otak selama 200 tahun menurut perhitungan dunia.
Kemudian ruh turun ke mata Adam,lalu turun kelubang hidung dan Adam pun bersin. Setelah bersin ruh turun kemulut dan lidah. Lalu Allah mengajarkan kepada ruh untuk mengucapkan; 
“Alhamdulillahi robbil ‘alamin.”
Lalu Allah SWT merespon  dengan kalmiat, yang artinya ; 
“YarhamakuRobbuka yaa Adam li Rohmati kholaqtuka.”
Dan Allah SWT berfirman, yang artinya;
“Wahai Adam! Kamu telah memanjatkan pujian untuk-Ku. Demi kemuliaan-Ku kalau saja bukan karena ke dua hamba-Ku yang akan Aku ciptakan pada akhir zaman, tentu sama sekali Aku tidak akan menciptakanmu.”
Nabi Adam As berkata;
“Wahai Tuhan, demi kedudukan mereka disisi-Mu, siapakah mereka itu?”
Allah SWT berfirman, yang artinya ;
“Wahai Adam! Lihatlah kearah Arsy!”
Lalu Adam melihat Arsy dan terlihat 2 garis cahaya. Garis yang satu bertuliskan;
Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Nabi Pembawa Rahmat dan beriman kepada kepada Allah adalah kunci menuju surga.”
Sedangkan garis kedua terbaca;
“Aku akan bermurah hati dan mencurahkan rahmat kepada semua yang menerima wilayahnya (mengakui kepemimpinan mereka dan mencintai Muhammad SAW ) dan akan menurunkan siksaan atas siapa saja yang menentang mereka.”
Kemudian ruh turun kedada dan tulang rusuknya. Lalu Adam mencoba untuk berdiri namun tidak dapat. Ketika ruh sampai perut Adam merasa lapar setelah itu ruh menyebar keseluruh tubuh. Lalu Allah memberinya kuku.
Nabi Adam pun kian hari kian rupawan. Allah SWT memerintahkan malaikat untuk menghiasi Adam dengan hiasan-hiasan, pakaian dan perlengkapan dari surga. Dari tulang-tulang sendi Adam memancar cahaya seperti sinar matahari.
Allah SWT memerintah malaikat  agar Nabi Adam AS dibawa diatas bahu dan diperintahkan untuk dibawa keliling langit. Para malaikat membawa Adam berkeliling selama 100 tahun.
Ketika Nabi Adam AS melewati sekelompok malaikat, Nabi Adam mengucapkan ;
“Assalammu ‘alaikum wahai malaikat Allah!”
Para malaikat menjawab ;
“Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh!”
Allah SWT berfirman, yang artinya ;
“Wahai Adam! Beginilah ucapan salam kamu dan ucapan salam orang yang beriman dari kalangan keturunanmu kepada satu sama yang lainnya sampai hari kiamat.”
Kemudian Allah SWT mengajarkan nama segala sesuatu.  Semua para malaikat sujud/menghormati Adam kecuali Iblis.
Setelah itu Nabi Adam AS tinggal di surga. Sampai akhirnya Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk kiri Nabi Adam AS pada hari Jum’at.
Maka Adam dan Hawa tinggal surga.  Kemudian Iblis datang merayu mereka memakan buah khuldi ;
karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal. Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya”.
Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Allah SWT.


Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang artinya : 
“Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata.”

Adam dan Hawa mendengar firman Allah SWT itu sadarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar. Seraya menyesal berkatalah mereka : 
“Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis. Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami.”

Berfirmanlah Allah kepada mereka, yang artinya :
"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disana sampai waktu yang telah ditentukan."

Allah SWT yang telah menentukan dalam takdir-nya bahwa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya, akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama "manusia" .

Hanya ALLAH SWT  yang lebih tahu


Rabu, 06 April 2011

Generator Listrik


Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanikal, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik


Gb. Generator

Walau generator dan motor punya banyak kesamaan, tapi motor adalah alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Generator mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah sirkuit listrik eksternal, tapi generator tidak menciptakan listrik yang sudah ada di dalam kabel lilitannya. Hal ini bisa dianalogikan dengan sebuah pompa air, yang menciptakan aliran air tapi tidak menciptakan air di dalamnya. Sumber enegi mekanik bisa berupa resiprokat maupun turbin mesin uap, air yang jatuh melakui sebuah turbin maupun kincir air, mesin pembakaran dalam, turbin angin, engkol tangan, energi surya atau matahari, udara yang dimampaatkan, atau apapun sumber energi mekanik yang lain.